Labels

Pages

Percobaan

Tingginya harga daging sapi.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Perkembangan Harga Daging Sapi Nasional Tingkat Eceran Tahun 2003-2012*)

Harga daging sapi terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Friday, November 23, 2012

HARGA DAGING SAPI DI BEBERAPA PROVINSI SENTRA PRODUKSI SAPI TAHUN 2009 S.D 2012

Kenaikan harga daging sapi  terjadi signifikan pada waktu/periode Hari Besar Keagamaan nasional (HBKN). Setidaknya selama empat tahun terakhir, harga daging sapi tertinggi terjadi disaat HBKN, yaitu menjelang puasa hingga Idul Adha. Hal ini dikarenakan permintaan yang tinggi dari efek psikologis konsumen yang cenderung membeli daging lebih banyak pada periode tersebut serta adanya ekspektasi dan perilaku pedagang yang cenderung meningkatkan harga secara tidak wajar. Pada tahun 2009, harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat menjelang lebaran hingga lebaran dan tahun 2010, harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat menjelang Idul Adha. Tahun 2011, harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat Bulan Puasa. Sementara itu, harga daging sapi untuk tahun 2012 terus merangkak naik dari awal tahun hingga lebaran dan tetap berada pada posisi tinggi setelah lebaran sehingga diperkirakan menjelang Idul Adha harga daging sapi naik mencapai Rp 110.000/kg-Rp 120.000/kg.
Pada periode HBKN tahun 2012, rata-rata harga daging sapi di Provinsi Aceh berkisar Rp.95.000/kg-Rp 120.000/kg. Tingginya harga daging sapi di Provinsi Aceh disebabkan oleh adanya tradisi meugang yang sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Aceh untuk membeli daging bagi keluarganya menyambut Ramadhan. Daging sapi disajikan sebagai lauk utama, sehari sebelum Ramadhan tiba atau Hari Raya. Tak peduli kaya atau miskin,  setiap kepala keluarga harus berusaha membeli minimal  satu atau dua kilo daging untuk keluarganya.  Bagi keluarga mampu, bahkan akan membeli sampai lima kilo untuk dihabiskan selama bulan Ramadhan sebagai menu sahur.

"Keterangan : Jika memerlukan, Data Lengkap per bulan dapat direquest.

 

Wednesday, November 21, 2012

ANALISIS KORELASI DAGING SAPI

1. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin   mendekati 1 berarti  hubungan  yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin  mendekati 0 maka   hubungan  yang  terjadi  semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00    -   0,199    = sangat rendah
0,20    -   0,399    = rendah
0,40    -   0,599    = sedang
0,60    -   0,799    = kuat
0,80    -   1,000    = sangat kuat
Ingin diketahui apakah ada korelasi antara harga daging sapi dalam negeri terhadap produksi, kuota impor, kebutuhan, harga daging sapi internasional, maka dilakukan uji korelasi diantara kelima variable tersebut.  Dengan menggunakan bantuan SPSS 20 diperoleh koefesien korelasi sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel diatas diperoleh R sebesar 0,98. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara produksi, impor, kebutuhan dan harga daging sapi internasional dengan harga daging sapi dalam negeri.
2. Analisis Korelasi Parsial
Analisis korelasi parsial (Partial Correlation) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00    -   0,199    = sangat rendah
0,20    -   0,399    = rendah
0,40    -   0,599    = sedang
0,60    -   0,799    = kuat
0,80    -   1,000    = sangat kuat
Dari hasil analisis, terlihat pada output correlation dan disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat korelasi yang kuat antara variabel impor dengan harga daging sapi dalam negeri (R=0,83) dan antara harga daging sapi internasional dengan harga daging sapi dalam negeri (R=0,82), sedangkan produksi memiliki korelasi yang sedang dengan harga daging sapi dalam negeri (R=0,59). Variabel kebutuhan memiliki korelasi yang lemah/rendah dengan harga daging sapi dalam negeri (R=0,39), sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan impor dan kenaikan harga daging sapi internasional berhubungan erat dengan kenaikan harga daging sapi dalam negeri, sedangkan kenaikan produksi dan kebutuhan tidak berhubungan secara signifikan dengan kenaikan harga daging sapi dalam negeri.

- Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial (Uji t)
Uji signifikansi koefisien korelasi parsial digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi).
Hipotesis Uji :
H01 :    Tidak ada hubungan yang signifikan antara produksi dengan harga daging sapi dalam negeri.
H11 :     Ada hubungan yang signifikan antara produksi dengan harga daging sapi dalam negeri.
H02 :     Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan dengan harga daging sapi dalam negeri.
H12 :     Ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan dengan harga daging sapi dalam negeri.
H03 :     Tidak ada hubungan yang signifikan antara impor dengan harga daging sapi dalam negeri.
H13 :     Ada hubungan yang signifikan antara impor dengan harga daging sapi dalam negeri.
H04 :      Tidak ada hubungan yang signifikan antara harga daging internasional dengan harga daging sapi dalam negeri.
H14 :     Ada hubungan yang signifikan antara harga daging internasional dengan harga daging sapi dalam negeri.
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5%
Kriteria Uji    :
Tolak Ho Jika : -t hitung < -t tabel atau Pvalue < α, terima dalam hal lainnya
Dari tabel hasil pengujian dapat dilihat bahwa:
- Pvalue produksi= 0,33> α=5%,  sehingga Ho diterima atau berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara produksi dengan harga daging sapi dalam negeri.
- Pvalue kebutuhan= 0, 59> α=5%,  sehingga Ho diterima atau berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan dengan harga daging sapi dalam negeri.
- Pvalue impor= 0,83 < α=5%,  sehingga Ho ditolak atau berarti bahwa     ada hubungan yang signifikan antara impor dengan harga daging sapi dalam negeri.
- Pvalue harga daging sapi internasional= 0,82< α=5%,  sehingga Ho ditolak atau berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara harga daging internasional dengan harga daging sapi dalam negeri


Kenaikan Harga Daging Sapi di Palangka Raya Memicu Kenaikan Harga Daging Ayam dan Telur Ayam

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan ke Pasar Payang Sari dan Kahayang, Palangkaraya,  harga daging sapi saat ini (20/11) naik 10-20 persen dari semula Rp 100.000/kg menjadi Rp 120.000/kg. Harga daging di Palangkaraya semenjak sebelum puasa sudah cukup tinggi, dan hingga usai Lebaran dan Idul Adha, harga daging sapi bertahan pada posisi harga tinggi. Ditambah lagi saat ini  harga kembali naik. Menurut pedagang di pasar, naiknya harga daging sapi di Palangkaraya disebabkan berkurangnya pasokan sapi dari daerah pemasok. Dalam hal ini Banjar, Kalimantan Selatan. Selama ini kebutuhan daging sapi wilayah ini dipenuhi dari wilayah Kalimantan Selatan. 
Kelangkaan sapi ini, cukup membuat resah penjual daging di pasar. Semula mereka bisa memotong 2 sampai 3 ekor sapi sehari untuk dijual, namun kini hanya 1 ekor sapi.  Hal ini dikarenakan berkurangnya pasokan. Peternak sapi enggan melepas sapi mereka karena takut tidak bisa membeli sapi bakalan baru untuk digemukkan. Perusahaan penggemukan sapi enggan melepas sapi karena belum ada kepastian kuota impor sapi bakalan.
Selain dari itu, moment Natal dan tahun baru juga diperkirakan menyebabkan naiknya harga. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, pada saat menjelang Natal dan Tahun baru, permintaan akan daging meningkat dan sedikit membuat harga daging sapi naik.
Kenaikan harga daging sapi memicu pada naiknya pangan hewani lainnya seperti daging ayam dan telur ayam. Harga daging ayam di Pasar Payang Sari dan Kahayang, Palangkaraya, naik  menjadi Rp 26 ribu per kilogram dari semula berkisar Rp 23 ribu hingga 25.000/kg. Sedangkan harga telur naik menjadi Rp  1.300 per butir atau naik  Rp 100 per butir, Kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ini tidak membuat penjual sepi pembeli.Mereka masih cukup ramai didatangi pembeli.  Rata-rata sekitar 150 ekor ayam boiler per hari  dipotong oleh pedagang dan habis terjual hari itu juga.

Pemerintah Gagal Ansipasi Pasokan Daging Sapi

Lonjakan oermintaan sapi atau daging sapi menjadi pemicu utama kelangkaan dan mahalnya harga daging sapi di pasaran. Pemerintah dinilai gagal mengantisipasi hal tersebut. Meski begitu, berbagai masalah terkait kelancaran pasokan mulai teratasi
Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi terkait kelangkaan dan mahalnya harga daging sapi Kemenko perekonomian, Jakarta, Selasa (20/11). Rapat dipimpin Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Diah Maulida.
Rapat antara lain dihadirai oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan  Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saeh, dan wakil asosiasi importir, peternak dan penggemukan sapi, tanpa dihadiri wakil dari Kementerian Perhubungan.
Permintaan sapi atau daging sapi belakangan ini meningkat pesat. Ini salah satunya sebagai dampak adanya program pemerintah untuk penggemukan 100.000 ekor sapi oelh perusahaan BUMN. Belum lagi kondisi psikologis menjelang Natal dan Tahun Baru.
Disisi lain, pasokan mengalami kendala. Sapi dari pusat produksi seperti di NTB dan NTT tidak bisa masuk ke Jakarta karena adanya larangan transit sapi hidup oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan alasan kesehatan sapi tersebut.
Para peternak sapi di Jawa timur yang selama ini menggemukkan sapi rakyat tidak mau melepas sapi mereka karena takut tidak bisa membeli sapi bakalan baru untuk digemukkan. Perusahaan penggemukan sapi enggan melepas sapi karena belum ada kepastian kuota impor sapi bakalan.
Meskipun demikian pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk melancarkan arus barang. Pelabuah di Jawa Timur, misalnya, sudah bisa menjadi tempat transit sapi ke Jakarta. Harga sapi bakalan di Jawa Timur  mulai turun. Pemprov Jatim melarag sapi dengan berat 250-400 kg keluar dari wilayah Jawa Timur.

Saturday, November 17, 2012

ANALISIS REGRESI BERGANDA

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X1, X2... Xn), terhadap variabel dependen (Y). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Untuk mengetahui pengaruh produksi, kuota impor, kebutuhan, harga daging sapi internasional dalam menentukan harga daging sapi dalam negeri dilakukan analisis regresi linear berganda dengan tingkat kesalahan 5% menggunakan program SPPS 20. 
1. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F)
Hipotesis Uji    :
H0 :  Tidak ada pengaruh secara signifikan produksi, impor, kebutuhan, dan harga daging sapi international secara bersama-sama terhadap harga daging sapi dalam negeri.
H1 :  Ada pengaruh secara signifikan produksi, impor, kebutuhan, dan harga daging sapi international secara bersama-sama terhadap harga daging sapi dalam negeri.
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5%
Kriteria Uji       :
Tolak Ho Jika : F hitung > F tabel atau Sig < α, terima dalam hal lainnya.
Dengan menggunakan uji F diperoleh hasil sebagai berikut :
  
Dari tabel hasil pengujian dapat dilihat bahwa Sig= 0,020 < α=5%,  sehingga Ho ditolak atau berarti bahwa ada pengaruh secara signifikan produksi, impor, kebutuhan, dan harga daging sapi international secara bersama-sama terhadap harga daging sapi dalam negeri.
2. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Hipotesis Uji    :
H01 :  Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan produksi terrhadap harga daging sapi dalam negeri.
H11 : Secara parsial ada pengaruh yang signifikan produksi tehadap harga daging sapi dalam negeri.
H02 :  Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan kebutuhan terhadap harga daging sapi dalam negeri.
H12 : Secara parsial ada pengaruh yang signifikan kebutuhan tehadap harga daging sapi dalam negeri.
H03 :  Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan impor terhadap harga daging sapi dalam negeri.
H13 : Secara parsial ada pengaruh yang signifikan impor tehadap harga daging sapi dalam negeri.
H04 :  Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan harga daging internasional terhadap harga daging sapi dalam negeri.
H14 : Secara parsial ada pengaruh yang signifikan harga daging internasional terhadap harga daging sapi dalam negeri.

Tingkat signifikansi menggunakan α = 5%
Kriteria Uji       :
Tolak Ho Jika : -t hitung < -t tabel atau sig < α, terima dalam hal lainnya.
Dengan menggunakan uji F diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari tabel hasil pengujian dapat dilihat bahwa:
-    Sig produksi= 0,452 > α=5%,  sehingga Ho diterima atau berarti bahwa secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan produksi terhadap harga daging sapi dalam negeri.
-    Sig kebutuhan= 0,22 > α=5%,  sehingga Ho diterima atau berarti bahwa secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan kebutuhan terhadap harga daging sapi dalam negeri.
-    Sig impor= 0,023 < α=5%,  sehingga Ho ditolak atau berarti bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan impor terhadap harga daging sapi dalam negeri.
-    Sig harga daging sapi internasional= 0,037< α=5%,  sehingga Ho ditolak atau berarti bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan harga daging sapi internasional terhadap harga daging sapi dalam negeri.
3. Persamaan Matematis Regresi Linear Berganda diantara ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Y = - 73.991 + 0,087 X1 + 13.077 X2
Keterangan : Y = Harga daging sapi dalam Negeri
                   X1= Impor
                   X2= Harga daging sapi Internasional